Selasa, 23 Agustus 2011

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA
OBSTRUKSI SALURAN KEMIH
              










DISUSUN OLEH
ENGGA ADITYA NUGRAHA

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEPERAWATAN KLINIK
POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES SEMARANG
2010

BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang
Batu saluran kemih bukanlah merupakan suatu problem yang baru dalam dinua kedokteran terbukti telah ditemukanya batu saluran kemih pada mumy Mesir yang berumur 7000 tahun (Iskandar RW ,1998 ) penelitian epidemiologic secara garis besar memmberikan kesan bahwa factor resiko pembentukan batu terbagi menjadi factor individual dan factor lingkungan yang ada kaitanya dengan timgkat kesejahteraan masyarakat, iklim dan berubah sesuai dengan perkembangan kehidupan suatu bangsa.
Dinegara yang sedang beerkemabang dan berikilim sedang insiden tinggi dengan tingginya angka  kejadian batu primer. Sedangkan dinegara yang sudah berkembang insiden lebih rendah dengan angka kejadian batu saluran kemih atas lebih banyak terjadi daripada saluran kemih bawah. Angka kejadian lebih sering pada pria dibandingkan wanita dan jarang pada anak-anak (Susalit,1999 )
Batu saluran kemih tersebut bisa terdapat pada ureter maupun system pelvikalis yang mampu menimbulkan obstruksi saluran kemih dan menimbulkan kelainan struktur saluran kemih sebelah atas, begitu juga pada  kasus hipertropi prostate dan striktur uretra.

B.   Tujuan
Mampu memahami dan mendeskripsikan pengertian, etioligi, patofisiologi, manifestasi klinis,  dan asuhan keperawatan gawat darurat pada obstruksi saluran kemih.

BAB II
KONSEP DASAR

A.  Pengertian
Obstruksi adalah penyumbatan oleh karena oklusi atau stenosis, (Ramali Ahmad 2003).
B.  Penyebab
1.      Batu saluran kemih
Ø      Batu pelvis ginjal.
Ø      Batu ureter.
Ø      Batu kandung kemih.
Ø      Batu uretra.
Menurut Purnomo (2000) factor yang berperan pada pembentukan saluran kencing dibagi menjadi 2 golongan :
1)           Faktor endogen
Factor genetic familial, keluarga yang mempunyai riwayat penyakit batu akan meningkatkan resiko terjadinya penyakit batu disaluran kencing, umur dan jenis kelamin
2)           Faktor eksogen
a)      Infeksi
Ini dapt menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan dapat menjadi inti pembentukan batu saluran kemih. Infeksi bakteri yang memecahkan ureum dan membentuk ammonium akan merubah pH urin menjadi alkali dan mengendapkan garam-garam fosfat sehingga akan mempercepat pembentukan batu.
b)      Obstruksi
Adanya penyumbatan buli-buli dan saluran kemih yang dapat menyebabkan pembentukan batu. Penyumbatan ini juga bias mengakibatkan adanya infeksi yang selanjutnya bisa meningkatkan  resiko pembentukan batu saluran kemih.
c)      Air minum
Batu saluran kemih merupakan penyakit yang terdapat pada saluran perkemihan sehingga sangat berkaitan erat dengan pola konsumsi cairan individu yang bersangkutan. Jika seseorang memperbanyak dieresis dengan meminum air yang banyak maka akan mengurangi kemungkinan timbulnya batu saluran kemih.
d)      Pekerjaan
e)      Makanan/diet
Berdasarkan data yang ada, diet banyak purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu saluran kemih
2.      BPH (Benigna Prostate Hiperplasi)
BPH adalah pembesaran adenomateus dari kelenjar prostat (Long, BC 19996 ) sedangkan menurut Syamsuhadi 1997 hipertropi prostat adalah pembesaran dari kelenjar peri uretra yang mendesak jaringan prostat keperifir dan menjadi kapsul bedah.
Hingga saat ini masih belum diketahuai secara pasti penyebab terjadinya hipertropi prortat. Tetapi bebrapa hipotesis menyebutkan hiperplasia prostat erat kaitanya dengan prostat aging ( menjadi tua ) dan peningkatan kadar dehidrotestoteron.
Sedangkan hipotesis menurut Purnomo (2000) yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasi prostat adalah:
a.  Adanya perubahan keseimbangan antara hormon testoteron dan estrogen pada usia lanjut.
b.  Peranan dari growth factor factor pertumbuhan ) sebagai pemicu pertumbuhan stroma kelenjar prostat.
c.  Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang mati.
d.  Teori sel stem menerangkan bahwa terjadi prolofarasi abnormal sel stem sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan.
3.      Striktur Uretra
Striktur uretra adalah penyempitan lumen uretra akibat adanya jaringan perut dan kontraksi.  (C. Smeltzer, Suzanne;2002 hal 1468).
Striktur uretra lebih sering terjadi pada pria daripada wanita terutama karena perbedaan panjangnya uretra. (C. Long , Barbara;1996 hal 338).
Striktur uretra dapat terjadi secara:
a.      Kongenital
Striktur uretra dapat terjadi secara terpisah ataupun bersamaan dengan anomali saluran kemih yang lain.
b.       Didapat.
1)           Cedera uretral (akibat insersi peralatan bedah selama operasi transuretral, kateter indwelling, atau prosedur sitoskopi)
2)           Cedera akibat peregangan
3)           Cedera akibat kecelakaan
4)           Uretritis gonorheal yang tidak ditangani
5)           Infeksi
6)           Spasmus otot
7)           Tekanan dai luar misalnya pertumbuhan tumor
(C. Smeltzer, Suzanne;2002 hal 1468  dan C. Long , Barbara;1996 hal 338).

C.  Patofisiologi
1.      Batu saluran kemih
Batu saluran kemih biasanya timbul kerusakan siistem keseimbangan.ginjal harus mengolah air sekalugus mengekskresiklan materi yang derjat kelrutanya rendah. Saat urin menjadi super jenuh dengan materi yang tidak dapat larut karena laju ekskresinya berlebihan atau karena konservasi air yang begitu ekstrim maka terbentuklah baatu (Purnomo,2000).
Beberapa teori tentang proses pembentukan batu tersebut adalah:
1      Teori inti matrik
Terbentuknya batu saluran kemih memerlukan substansi organik sebagai inti pembentukan. Matrik organik terdiri atas serum, protein urin (albumin, globulin dan mukoprotein) yang memberikan kemungkinan pengendapan Kristal batu sehingga akan menjadi inti pembentukan batu.
2      Teori kristalisasi
Terjadi perubahan PH urin, mempengaruhi solubilitas substansi dalam urin. Pada urin yang bersifat asam akan mengendapkan asam urat, garam urat dan sistin serta xantin, sedang pada urin yang bersifat basa akan mengendapkan garam-garam fosfat. Pengendapan ini akan menjadi inti pembentukan batu.
Urin normal juga mengandung zat pembentukan Kristal (magnesium sitrat, pirofosfat, mukoprotein) dan beberapa peptide yang apabila salah satu atau beberapa zat berkurang akan mempermudah terbentuknya di batu saluran kemih.
3      Teori Nukleasi
Batu terbentuk di dalam urin karena adanya inti batu sabuk (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan yang kelewat jenuh (hipersaturated) akan mengendap di dalam nuclear itu, sehingga akhirnya membentuk batu. Inti batu dapat berupa Kristal atau benda asing di saluran kemih.
2.      BPH (Benigna Prostate Hiperplasi)
Pada usia lanjut akan terjadi perubahan keseimbangan antara hormone testosterone dan estrogen. Estrogen relatife meningkat sehingga menyebabkan terjadinya hiperplasi sel stroma pada jaringan prostat sehingga terjadilah BPH.hipertropi prostat inilah yang menyebabakan obstruksi pad saluran kemih, karena pembesaran prostate tersebut menyebabkan penyempitan linen uretra prostatika dan akan menghambat aliran urin. Keadaan ini menyebabkan peningkatan intra vesikal, untuk dapat mengeluarkan urin, kontraksi yang terus menerus menyebabkan perubahan anatomik dari buli-buli berupa hipertropi otot dastrusor, trabekulasi, terbentuknya seluler, sakulan divertikel buli-buli (Purnomo, 2000).
3.      Striktur Uretra
Penyebab striktur umumnya adalah cedera uretral (akibat insersi peralatan bedah selama operasi transuretral, kateter indwelling, atau prosedur sisitoskopi), cedera akibat peregangan dan cidera yang berhububngan dengan kecelakan mobil, uretritis gonoreal yang tidak ditangani, dan abnormalitas kongenital.
      Kekuatan  pancaran jumlah urin berkurang dan gejala infeksi sehingga retensi urin terjadi. Striktur menyebaebkan urin mengalkir balik dan mencetuskan sistitis, protatitis, dan pielonefritis.

D.  Manifestasi Klinis
1.      Batu saluran kemih
Manifestasi klinik batu saluran kemih ditentukan oleh letak, besar dan morfologinya kemudian muncul gejala dan tanda akut, kronik, atau asimtomatik. Gejala dan tanda tersebut adalah :
Ø      Urinary frequency (sering berkemih setiap 2 jam)
Ø      Urgency /peningkatan perasaan untuk berkemih
Ø      Nocturia
Ø      Dysuria (nyeri rasa terbakar pada saat awal atau selama berkemih).
Ø      Hesitancy (penundaan pada awal berkemih ±10 detik)
Ø      Acute retention ( ketidakmampuan untuk berkemih secara tiba-tiba dan ditandai dengan adanya nyari suprapubic).

2.      BPH (Benigna Prostate Hiperplasi)
Tanda dan gejala yang menonjol adalah sumbatan aliran kencing bagian bawah. Tanda dan gejala lainya adalah :
Ø      Gejala iritatif yaitu sering miksi, terbangun pad malam hari untuk miksi (nokturia), perasaan ingin miksi sangat mendesak(urgensi) dan nyeri pada saat miksi (disuria).
Ø      Gejal obstuktif adalah pancaran ,melemah ,rasa tidak puas setelah miksi, kalau mau miksi harus menunggu lama, harus mengedan, kencing terputuus-putus dan waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensi urin dan inkontenensia.
3.      Striktur Uretra
Kekuatan  pancaran jumlah urin berkurang dan gejala infeksi sehingga retensi urin terjadi. Striktur menyebaebkan urin mengalkir balik dan mencetuskan sistitis, protatitis, dan pielonefritis.
E.   Pemeriksaan penunjang
1.      Batu saluran kemih
Pemeriksaan penunjang yang meliputi:
a.       Urine
a.       pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting, organisme dapat berbentuk batu magnesium amonium phosphat, pH yang rendah menyebabkan pengendapan batu asam urat.
b.      Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita dengan batu, bila terjadi infeksi maka sel darah putih akan meningkat.
c.       Biakan Urin : Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi dalam proses pembentukan batu saluran kemih.
d.      Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat apakah terjadi hiperekskresi.
b.      Darah
a         Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.
b        Lekosit terjadi karena infeksi.
c         Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.
d        Kalsium, fosfat dan asam urat.
c.       Radiologis
a         Foto polos abdomen, bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radio opak disaluran kemih. Rontgen perut menunjukkan adanya batu kalsium dan batu struvit.
b        Pielografi Intravena (PIV),
Untuk mengetahui kemungkinan kelainan ginjal atau ureter berupa hidroureter atau hidronefrosis, memperkirakan besarnya kelenjar prostat, penyakit pada buli-buli.

c         USG (Ultra Sono Grafi)
Untuk mengetahui sejauh mana terjadi kerusakan pada jaringan ginjal.
d        Cystoskopi
Untuk mengukur besar prostat dengan mengukur panjang uretra pars prostatika dan melihat penonjolan prostat kedalam rektum.
e         Uroflowmetri : untuk mengetahui derasnya pancaran saat miksi
f          Uretroskopi : Untuk mengetahui pembuntuan lumen uretra
1.          BPH (Benigna Prostate Hiperplasi)
Ø      Periksaan colok dubur ( rectal toucher)
Pada perabaaan colok dubur dapat diperhatikan konsisitensi prostat, adkah asimetri, adkah nodol pasda prostst ,apakh batas atas dapat diraba.
Derajat berat obstroksi dapat diukur dengan menentukan jumlah sisa urin setelah miksi spontan.
Ø      Pemeriksaan radiologis
a.       Foto polos abdomen, bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radio opak disaluran kemih. Rontgen perut menunjukkan adanya batu kalsium dan batu struvit.
b.      Pielografi Intravena (PIV),
c.       Untuk mengetahui kemungkinan kelainan ginjal atau ureter berupa hidroureter atau hidronefrosis, memperkirakan besarnya kelenjar prostat, penyakit pada buli-buli.

F.   Penatalaksanaan
1.      Batu saluran kemih
            Menurut  Soeparman ( 2001:383) pengobatan dapat dilakukan dengan :
d.      Mengatasi Simtom
Ajarkan dengan tirah baring dan cari penyebab utama dari batu saluran kemih, berikan spasme analgetik atau inhibitor sintesis prostaglandin, bila terjadi koliks ginjal dan tidak di kontra indikasikan pasang kateter.
e.       Pengambilan Batu
1)           Batu dapat keluar sendiri
Batu tidak diharapkan keluar dengan spontan jika ukurannya melebihi 6 mm.
2)           ESWL
       Pengangkatan Batu
a)      Lithotripsi gelombang kejut ekstrakorporeal
Prosedur non invasif yang digunakan untuk menghancurkan batu. Litotriptor adalah alat yang digunakan untuk memecahkan  batu tersebut, tetapi alat ini hanya dapat memecahkan batu dalam batas ukuran 3 cm ke bawah. Bila batu di atas ukuran ini dapat ditangani dengan gelombang kejut atau sistolitotomi melalui sayatan prannenstiel. Setelah batu itu pecah menjadi bagian yang terkecil seperti pasir, sisa batu tersebut dikeluarkan secara spontan.
b)      Metode endourologi pengangkatan batu
Bidang endourologi mengabungkan ketrampilan ahli radiologi mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor. Batu diangkat dengan forseps atau jarring, tergantung dari ukurannya. Selain itu alat ultrasound dapat dimasukkan ke selang nefrostomi disertai gelombang ultrasonik untuk menghancurkan batu.
c)      Ureteroskopi
Ureteroskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan memasukkan alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser, litotrips elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian diangkat.
3)           Pencegahan (batu kalsium kronik-kalsium oksalat)
a)      Menurunkan konsentrasi reaktan (kalsium dan oksalat)
b)      Meningkatkan konsentrasi inhibitor pembentuk batu yaitu sitrat (kalium sitrat 20 mEq tiap malam hari, minum jeruk nipis atau lemon malam hari), dan bila batu tunggal dengan meningkatkan masukan cairan dan pemeriksaan berkala pembentukan batu baru.
c)      Pengaturan diet dengan meningkatkan masukan cairan, hindari masukan soft drinks, kurangi masukan protein (sebesar 1 g/Kg BB /hari), membatasi masukan natrium, diet rendah natrium (80-100 meq/hari), dan masukan kalsium.
d)      Pemberian obat
Untuk mencegah presipitasi batu baru kalsium oksalat, disesuaikan kelainan metabolik yang ada.


2.      BPH (Benigna Prostate Hiperplasi)
Menurut Sjamsuhidajat (2005), dalam penatalaksanaan medis pada pasien BPH tergantung pada stadium dan gambaran-gambaran klinis.
a.       Stadium I
Pada stadium ini biasanya memerlukan tindakan medis bedah, diberikan tindakan konserfatif misalnya penghambat adrenal reseptor alfa seperti alfa zosin, prozosin, teratozin, keuntungan obat penghambat alfa adalah efek positif terhadap keluhan, tetapi tidak mengahambat hiperplasi prostat. Kekurangannya adalah obat ini tidak dianjurkan untuk pemakaian lama.
b.      Stadium II
Pada stadium II merupakan indikasi untuk dilakukan tindakan pembedahan biasanya dianjurkan reseksi endoskopi melalui uretra (trans uretra resection).
c.       Stadium III
Pada stadium III resepsi endoskopi dapat dikerjakan dan apabila diperkirakan prostat sudah cukup besar sehingga reseksi tidak akan selesai dalam satu jam. Sebaiknya dilakukan tindakan pembedahan terbuka, dapat dilakukan melalui trans vesikal, retropubic dan perineal
d.      Stadium IV
Tindakan dengan membebaskan penderita dari retensi urin total dengan memasang kateter atau sistostomy. Setela itu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mendiagnosis, terapi definitive dengan TUR atau pembedahan terbuka.
Dari ke-empat stadium ini menurut Purnomo (2000) penatalaksanaan medis secara keseluruhan adalah :

a.       Observasi
Kurangi minum setelah makan malam, hindari obat dekongestan, kurangi kopi, hindari alcohol, tiap tiga bulan control keluhan sisa kencing dan colok dubur.
b.      Medikametosa
Menghambat adreno reseptor
Obat anti androgen
Penghambat enzim S-2 detuktase
Fisioterapi
c.       Terapi bedah
Indikasi retensi urin, batu saluran kemih, hematuri, infeksi saluran kemih, kelainan pada saluran kemih atas, hidroureter, hidronefrosis.
Jenis pembedahan :
1)           TURP (Trans uretral resection of the prostat) yaitu pengangkatan sebagian atau seluruh kelenjar prosta melalui sistoskopi atau resektokop yang dimasukkan melalui uretra.
2)           Prostatektomi suprapubis yaitu pengangkatan kelenjar prostat melalui insisi yang dibuat pada kandung kemih yang meliputi :
a)      Prostatektomi uretro pubis yaitu pengangkatan kelenjar prostat melalui insisi pada abdomen bagian bawah melalui fosa prostat anterior tanpa memasuki kandung kemih.
b)      Prostatektomi perineal yaitu pengangkatan kelenjar prostatradikal melalui sebuah insisi diantara scrotum dan rectum.
c)       Prostatektomi retropubis radikal yaitu pengangkatan kelenjar prostat termasuk kapsula, vesikula seminalis dan jaringa yang berdekatan melalui sebuah insisi pada abdomen bagian bawah, uretra dianastomosiskan ke leher kandung kemih pada kangker prostat.
d.      Terapi invasive minimal
1)     Trans Uretra Mikrowave Termoterapi (TUMT) yaitu pemasangan prostat dengan gelombang mikro yang dialurkan ke kelenjar prostat melalui antena yang dipasang melalui/ padsa ujung kateter.
2)     Trans Uretral Ultrasound Guded Laser Induced Prostatectomy (TULIP).
3)     Trans Uretral Ballon Dilatation (TUBD).
3.      Striktur Urettra
a.      Filiform bougies untuk membuka jalan jika striktur menghambat pemasangan  kateter
b.      Medika mentosa
Analgesik non narkotik untuk mengendalikan nyeri.
Medikasi antimikrobial untuk mencegah infeksi.
c.      Pembedahan
1)     Sistostomi suprapubis
2)     Businasi ( dilatasi) dengan busi logam yang dilakukan secara hati-hati.
3)     Uretrotomi interna : memotong jaringan sikatrik uretra dengan pisau otis/sachse. Otis dimasukkan secara blind ke dalam buli–buli jika striktur belum total. Jika lebih berat dengan pisau sachse secara visual.
4)     Uretritimi eksterna: tondakan operasi terbuka berupa pemotonganjaringan fibrosis, kemudian dilakukan anastomosis diantara jaringan uretra yang masih baik.
      (Basuki B. Purnomo; 2000 hal 126 dan Doenges E. Marilynn, 2000 hal  672)
G.  Komplikasi
Menurut Sjamsuhidajat (2005) dan Purnomo (2000) komplikasi dari penyakit ini antara lain:
1.      Hidroureter
2.      Hidronefrosis
3.      Gagal ginjal
4.      Hernia
5.      Hemoroid
  1. Sistitis
  2. Pielonefritis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar