Selasa, 23 Agustus 2011

CAIRAN DAN ELEKTROLIT


TUGAS  KDM
CAIRAN DAN ELEKTROLIT



Disusun oleh :
ENGGA ADITYA NUGRAHA


DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES SEMARANG
PROGRAM D-IV KEPERAWATAN KLINIK
GAWAT DARURAT
2010


BAB I

PENDAHULUAN


Penyakit pada seseorang dapat mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit, dimana dapat terjadi kelebihan maupun kekurangan cairan dan atau salah satu elektrolit. Gangguan keseimbangan cairan da elektrolit sangat umum pada pasien yang sakit berat, pasien kritis ataupun pasien cedera.
Banyak hal yang dapat menyebabkan cairan dengan elektrolitnya hilang atau tidak dalam keseimbangan cairan dan elektrolit normal. Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebih dapat terjadi karena pengeluaran keringat yang sangat banyak, rembesan luka berat atau luka bakar, muntah, diare, drainase gas gastrointestinal, poliuri, edema, asites, obstruksi intestinsl, dan yang lainnya.
Terjadinya ketidakseimbangan beberapa unsur terjadi secara simultan karena adanya saling keterkaitan antara cairan dan elektronit tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat menggangu fungsi fisiologis dan dapat menyebabkan kesakitan dan kematian. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit seperti kekurangan cairan, natrium, kalium, magnesium, atau fosfat padapasien yang sakit berat atau kritis dapat menjadi keadaan yang mengancam jiwa dan sering membutuhkan pertolongan segera karena dapat menyebabkan kematian.


BAB II

CAIRAN DAN ELEKTROLIT

A. Pengertian

Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut (Price, 2006).
Cairan tubuh adalah air larutan pelarut, substansi terlarut /zat terlarut (Horne, 2001).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Price, Sylvia, 2006).
Elektrolit adalah substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam larutan dan akan menghantarkan arus listrik (Horne, 2001).
Elektrolit adalah sebuah unsur / senyawa yang jika melebur atau larut di dalam pelarut lain akan pecah menjadi ion dan mampu membawa muatan listrik.

B. Komposisi Cairan Tubuh

1.  Air

Merupakan senyawa utama dalam tubuh manusia (Horne, 2001), sedangkan menurut Price (2006), air adalah pelarut bagi semua zat terlarut dalam tubuh baik dalam tubuh suspensi maupun larutan.


Fungsi air antara lain :
a.       Air sebagain pelarut dan alat angkut
Sebagai pelarut zat-zat gizi berupa monosakarida, asam amino, lemak, vitamin dan mineral serta bahan-bahan lain yang diperlukan seperti oksigen dan hormon. Zat-zat gizi dan hormon ini di bawa ke seluruh bagian tubuh yang membutuhkan. Di samping itu, air juga berperan sebagai alat angkut berbagai komponen sisa metabolisme termasuk kabondioksida dan urea untuk dikeluarkan dari tubuh melalui paru-paru, ginjal, dan kulit.
b.      Air sebagai katalisator
Sebagai komponen yang mempermudah dan mempercepat berbagai reaksi biologik di dalam tubuh, termasuk di dalam saluran pencernaan. Air juga diperlukan untuk memecah dan menghidrolisis zat gizi kompleks menjadi bentuk yang lebih sederhana.
c.       Air sebagai pelumas
Dalam cairan sendi-sendi tubuh sehingga tidak saling bergesekan dan dapat bergerak dengan bebas tanpa menimbulkan rasa sakit.
d.      Air sebagai pengatur suhu tubuh
Karena air mempunyai kemampuan untukmenyalurkan panas, sehingga memegang peranan penting dalam mendistribusikan panas di dalam tubuh. Sebagian panas yang dihasilkan dari metabolisme energi diperlukan untuk mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 derajat Celcius. Suhu ini merupakan suhu paling cocok untuk bekerjanya enzim-enzim dalam tubuh. Kelebihan panas yang diperoleh dari metabolisme tubuh perlu segera dikeluarkan dari dalam tubuh. Sebagian besar pengeluaran suhu ini melalui penguapan (keringat) sehingga suhu tubuh tetap stabil.
e.       Air sebagai peredam benturan
Terdapat pada permukaan organ-organ tubuh tertentu yang bersifat lunak untuk menghindari dan meredam benturan yang dapat menyebabkan kerusakan. Diantaranya adalah air dalm bola mata, jaringan syaraf tulang belakang, dan air ketuban untuk menghindari benturan pada janin.
f.        Menjaga kecantikan dan kesehatan tubuh
Dengan terapi air yang penggunaanya secara internal dengan minum air atau ekternal sebagai pengobatan penyakit. Hal ini terjadi karena air yang diminum dengan jumlah cukup dan metode yang benar dapat memurnikan racun-racun yang terdapat di dalam tubuh. Terapi air juga dapat menjaga ketersediaan air dalam tubuh sehingga darah tidak mengalami kekentalan yang berlebihan yang dapat menyebabkan darah tinggi. Terapi air dapt juga untuk menjaga kecantikan. Kulit merupakan bagian terluar yang langsung bersentuhan dengan udara luar, panas, cahaya matahari juga polusi. Untuk menjaga elastisitas kulit, air yang diperlukan dalam jumlah yang cukup mutlak diperlukan. Air dapat melembabkan kulit sehingga tidak mudah kering dan menimbulkan kerutan. Untuk menjaga keseimbangan berat badan, air sangat mutlak diperlukan. Ternyata air dapat meningkatkan metabolisme dan menekan nafsu makan. Minum banyak air putih dapat menyaring kelebihan kalori.
Jika kekurangan air maka secara otomatis tubuh akan memberikan sinyal berupa rasa haus. Karena adanya sisten homeostasis tubuh ini yang bekerja. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan oleh tubuh maka air dalam tubuh yang hilang akan semakin banyak. Begitu juga dengan kondisi tubuh jika kadar air dalam tubuh menurun jumlahnya maka tubuh akan menurun konsisnya. Hal ini dapat terjadi karena ada hubungan yang erat antara kualitas dan kandungan air dalam tubuh dengan respons tubuh kita.
Faktor-faktor yang mempengaruhi air tubuh meliputi :

a.   Sel-sel lemak

Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh.

b.   Usia

Sesuai aturan, air tubuh menurun seiring peningkatan usia. Bayi prematur mengandung air sebanyak 80% disbanding dengan berat badannya. Sedangkan bayi lahir cukup bulan kira-kira mengandung air sebanyak 70% dari berat badannya. Dengan usia 6 bulan sampai 1tahun, air tubuh menurun menjadi sekitar 60% dari berat badannya, dengan sedikit reduksi lebih lanjut selama masa kanak-kanak. Lansia mengandung sekitar 45% sampai dengan 55% air dari berat badannya.

c.   Jenis kelamin wanita

Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proporsional karena lebih banyak mengandung lemak.
Usia
Presentasi berat badan
Bayi ( baru lahir )
Dewasa pria ( 20-40 tahun )
Dewasa wanita ( 20-40 tahun )
Usia lanjut ( >60 tahun )
75  %
60  %
90   %
45-50 %
Tabel. Air tubuh total dalam persentase berat badan

2.  Solut (terlarut )

Selain air cairan tubuh mengandung 2 jenis substansi terlarut        (zat terlarut), yaitu :

a. Elektrolit

Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan negatif dan diukur dengan kapasitasnya untuk saling berkaitan satu sama lain              (miliekuivalen / liter [mEq/v]) atau dengan berat molekul dalam gram (milimol/liter [mol/L]).
1)  Kation
Merupakan ion-ion yang membentuk muatan positif dalam larutan. Kation ekstraseluler utama adalah Natrium (Na+)­, sedangkan kation intraseluler utama adalah Kalium (K+). Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa Natrium ke luar dan Kalium ke dalam.
2)  Anion
Merupakan ion-ion yang membentuk muatan negative dalam larutan. Anion ekstraseluler utama adalah Klorida (Cl-), sedangkan anion intraseluler utama adalah Fosfat (Po43-).

b.  Non-elektrolit

Adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan bermuatan listrik ( Prrice, Sylvia ). Nonelektrolit terdiri dari protein, urea, glukosa, oksigen, karbondioksida, dan asam-asam organik.

C.  Kompartemen Cairan

Cairan tubuh didistribusi antara 2 kompartemen cairan utama, yaitu :

1.   Cairan intraseluler ( CIS )

CIS adalah cairan yang terkandung dalam sel. Pada orang-orang dewasa, sekitar ⅔ dari cairan tubuh adalah intraseluler, atau kira-kira 25L pada rata-rata orang dewasa (70kg). sedangkan hanya ½ dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraseluler.

2.  Cairan Ekstraseluler ( CES )

CES adalah cairan yang berada di luar sel. Ukuran relative dari CES menurun dengan peningkatan usia. Pada bayi baru lahir, kira-kira ½ cairan tubuhterkandung di dalam CES. Setelah usia 1 tahun, volume relative dari CES menurun sampaikira-kira 1/3 dari volume total, ini hamper sebanding dengan 15L dalam rata-rata pria dewasa (70kg).
CES dibagi menjadi 2, antara lain :

a.   Cairan Interstisisl ( CIT )

Merupakan cairan disekitar sel, sama dengan kira-kira 8L pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstisial. Relatif terhadap ukuran tubuh, volume CIT kira-kira 2 kali lebih besar pada bayi baru lahir di banding dengan orang dewasa.

b.   Cairan Intravaskuler (CIV)

Adalah cairan yang terkandung di dalam pembuluh darah. Volume relatifnya sama pada orang dewasa dan anak-anak. Rata-rata pada orang dewasa kira-kira 5-6 L, 3 L dari jumlah tersebut adalah plasma, sisanya 2-3 L terdiri dari sel darah merah yang mentrasport oksigen dan bekerja sedagai buffer tubuh yang penting, sel darah putih dan trombosit.

c.   Cairan Trenseluler ( CTS )

Adalah cairan yang terkandung di dalam rongga khusus dari tubuh, contohnya cairan serebrospinal, pericardial, pleural, sinoval, intraokuler, dan sekresi lambung. Pada waktu tertentu CTS mendekati jumlah 1 L.

D.  Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan air dan zat terlarut

Membran

Setiap kompartemen cairan dipisahkan oleh membran permeabel selektif yang memungkinkan gerakan air dan beberapa zat terlarut. Molekul kecil seperti urea dan air dapat bergerak bebas di antara semua kompartemen. Permeabilitas membrane yang selektif membantu untuk mempertahankan komposisi unik dari setiap kompartemen sementara memungkinkan gerakan nutrient dari sel dan akhirnya ke dalam plasma.
Membran semipermiabel tubuh meliputi :

1. Membrane sel memisahkan CIS dari CIT dan terdiri atas lipid dan protein.

2. Membran kapiler memisahkan CIV dari CIT.

3. Membran Epitelial memisahkan CIT danCIV dari CTS.


E.  Proses Transpor

1.  Difusi

Difusi yaitu gerakan acak dari partikel pada semua arah melalui larutan atau gas. Partikel bergerak dari area dengan konsentrasi tinggi kearea dengan konsentrasi yang lebih rendah sepanjang gradient konsentrasi. Energi difusi dihasilkan oleh energi panas.
Faktor-faktor yang menigkatkan difusi yaitu :

a. Peningkatan suhu

b. Peningkatan konsentrasi partikel

c. Penurunan ukuran atau berat molekul dari pertikel

d. Peningkatan area permukaan yang tersedia untuk difusi

e. Penurunan jarak lintas dimana masa partikel harus berdifusi

2.  Transpor aktif

Transpor aktif yaitu partikel bergerak dari area dari konsentrasi lebih rendah atau sama kearea dengan konsentrasi lebih besar. Transport aktif sangat penting untuk mempertahankan keunikan komposisi, baik CES dan CIS. Transpor aktif memerlukan aktivitas metabolik dan pengeluaran energi untuk menggerakkan berbagai materi untuk menembus membrane sel.

3.  Filtrasi

Filtrasi yaitu gerakan air dan zat terlarut dari area dengan tekanan hidrostaltik tinggi ke area dangan tekanan hidrostaltik rendah. Tekanan hidrostsltik adalah tekanan yang dibuat oleh berat cairan.

4.   Osmosis

Osmosis yaitu gerakan air melewati membrane semi permiabel dari area dengan konsentrasi zat terlarut rendah ke area dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi.
Istilah yang dihubungkan dengan osmosis antara lain :

a. Tekanan Osmotik, yaitu jumlah tekanan hidrostaltik diperlukan untuk menghentikan aliran osmotic air.

b.  Tekanan Onkotik, yaitu tekanan osmotic dihasilkan oleh koloid            (protein). Albumin misal menghasilkan tekanan onkotik dalam pembuluh darah dan membantu menahan kandunagan air dalam ruang intravaskuler.

c.   Diuresis Osmotik, yaitu peningkatan keluaran urin disebabkan oleh substansi seperti manitol, glukosa, atau media kontras yang dikeluarkan dalam urin dan mengurangi reabsorpsi air ginjal.


F.  Konsentrasi Cairan Tubuh

1.  Osmolalitas

Osmolalitas yaitu pengukuran kemampuan larutan untuk menciptakan tekanan osmotik dengan demikian mempengaruhi gerakan air. Osmolaritas yaitu istilah lain yang menunjukkan jumlah partikel dalam 1L larutan dan diukur dalam miliosmolar per liter ( m Osm/L ).
Perubahan dalam osmolalitas ekstraseluler dapat mengakibatkan perubahan pada volume cairan ekstraseluler dan intraseluler :
1)  Penurunan osmolalitas CES è gerakan air dari CES ke CIS.
2)  Peningkatan osmolalitas CES è gerakan air dari CIS ke CES.

2.  Tonisitas

Tonsilitas yaitu istilah lain dari osmolalitas efektif. Osmolalitas efektif yaitu osmolalitas yang menyebabkan air bergerak dari satu kompartemen ke kompertemen lain, tidak hanya bergantung pada jumlah zat terlarut, tetapi juga pada permeabilitas membran terhadap zat terlarut ini.
Jenis larutan :

a.   Larutan isotonik

Larutan yang mempunyai osmolalitas sama efektifnya dengan cairan tubuh ( kira-kira 280-300 m Osm/kg ).
Contoh : NaCl  0,9%

b.   Larutan hipotonik

Larutan yang mempunyai osmolalitas efektif lebih kecil dari cairan tubuh.
Contoh : NaCl  0,45%

3. Larutan hipertonik

Larutan yang mempunyai osmolalitas efektif lebih besar dari cairan tubuh.
Contoh : NaCl  3%

G.  Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektroli

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit jarang terjadi secara tunggal dan dapat mengganggu proses normal tubuh. Pasien yang mengalami kehilangan cairan tubuh akibat luka bakar, penyakit, atau trauma, beresiko mengalami ketidakseimbangan elektrolit.

1.   Gangguan Cairan

Tipe dasar ketidakseimbangan cairan adalah sebagai berikut :

a.   Ketidakseimbangan Isotonik

Kekurangan dan kelebihan isotonic dapat terjadi jika air dan elektronik diperoleh atau hilang dalam proporsi yang sama. Kadar elektrolit dalam serum tetap tidak berubah, kecuali terjadi ketidakseimbangan lain. Klien yang beresiko mengalami ini adalah klien yang mengalami kehilangan cairan dan elektrolit melalui saluran gastrointestinal, misal akibat muntah, pengisap lambung, diare, atau fistula. Bayi dan lansia ( usia lanjut ) paling cepat terkena pengaruh akibat kehilangan cairan dan elektrolit ini (Weldy, 1992). Penyebab lain dapat meliputi perdarahan, pemberian obat-obat diuretic, keringat yang banyak, demam, dan penurunan asupan per oral.
Kelebihan volume cairan terjadi saat air dan natrium dipertahankan dalam proporsi isotonic sehingga menyebabkan hipervolemia tanpa disertai perubahan kadar elektrolit serum. Klien yang beresiko mengalami kelebihan volume cairan ini meliputi klien yang menderita gagal jantung kongestif, gagal ginjal dan sirosis (Weldy, 1992).
Penyebab beserta tanda dan gejala gangguan cairan ketidakseimbangan isotonic meliputi :
1)   Kekurangan Volume Cairan
§   Tanda dan gejala è pemeriksaan fisik : nadi cepat tetapi lemah, kolaps vena, hipotensi, frekwensi nafas cepat, letargi, oliguria, kulit dan membrane mukosa kering, turgor kulit tidak elastis, kehilangan berat badan yang cepat.
Penyebab :
ü      Kehilangan cairan dari system gastrointestinal, seperti diare, muntah atau drainase.
ü      Kehilangan plasma atau darah utuh, seperti pada luka bakar atu perdarahan.
ü      Keringat berlebihan
ü      Demam
§   Hasil pemeriksaan laboratorium è berat jenis urin >1,025, peningkatan semu hematokrit >50%, peningkatan semu nitrogen urea darah (BUN) >25mg/100ml.
Penyebab :
ü      Penurunan asupan cairan peroral
ü      Penggunaan obat-obatan diuretik
2)  Kelebihan volume cairan
§   Tanda dan gejala è pemeriksaan fisik : denyut nadi kuat, pernapasan cepat, hipertensi, distensi vena leher, peningkatan tekanan vena, suara krakles di paru-paru, peningkatan berat badan yang cepat.
Penyebab :
ü      Gagal jantung kongestif
ü      Gagal injal
ü      Sirosis
ü      Paningkatan kadar aldosteron dan steroid di dalam serum
§   Hasil pemeriksaan laboratorium è penurunan semu BUN <10mg/100ml.
Penyebab :
ü      Asupan natrium berlebihan

b.  Sindrom Ruang-Ketiga

Sidrom ruang-ketida terjadi jika cairan terperangkap di dalam suatu ruangan dan cairan di ruangan tersebut tidak mudah ditukar dengan cairan ekstrasel. Klien yang menderita sindrom ruang-ketiga akan mengalami efek kekurangan volume cairan ekstrasel. Sindrom ini terjadi ketika cairan ekstrasel berpindah kedalam suatu ruangan tubuh sehingga cairan tersebut terperangkap di dalamnya. Akibat murni yang terjadi adalah kekurangan volume cairan di dalam ekstrasel. Obstruksi usus yang kecil atau luka bakar dapat menyebabkan perpindahan cairan sebanyak 5 sampai 10 liter keluar dari ruang ekstrasel.
Penyebab beserta tanda dan gejala sindrom ruang ketiga meliputi
§         Tada dan gejala è pemeriksaan fisik : hipotensi, peningkatan lingkar perut (yang disertai obstruksi usus halus, asites).
Penyebab :
ü      Hipertensi portal
ü      Obstruksi usus halus
ü      Peritonitis
§         Hasil pemeriksaan laboratorium è natrium serum menurun <135mEq/L dan albumin menurun <3,5g/100ml (hilang dalam cairan yang terperangkap).
Penyebab :
ü      Luka bakar

c.   Ketidakseimbangan Osmolar

Ketidakseimbangan osmolar adalah kehilangan atau kelebihan air saja sehingga konsentrasi (osmolalitas) serum dipengaruhi. Ketidakseimbangan hiperosmolar (dehidrasi) terjadi jika ada kehilangan air tanpa disertai kehilangan elektrolit yang proporsional, terutama natrium,atau jika terdapat peningkatan substansi yang diperoleh melalui osmosis aktif. Hal ini menyebabkan kadar natrium serum dan osmolalitas (konsentrasi) serta dehidrasi intrasel meningkat.
Faktor-faktor resiko terjadinya dehidrasi meliputi kondisi yang mengganggu kecukupan asupan oral. Klien lansia yang rapuh dan lemah karena terjadi penurunan yang pasti pada cairan intrasel, penurunan kemampuan konsentrasi di ginjal, penurunan respon terhadap rasa haus, dan peningkatan proporsi lemak dalam tubuh (Horne et al, 1991).
Penyebab beserta tanda dan gejala gangguan ketidakseimbangan osmolar meliputi :
1)   Ketidakseimbangan hiperosmolar :
§         Tanda dan gejala è pemeriksaan fisik : penurunan berat badan, membrane mukosa menjadi kering dan lengket, rasa haus, suhu tubuh meningkat, iritabilitas, konvulsi tarikan atau ketegangan otot yang dapat menyebabkan kejang pada bagian tubuh), koma.
Penyebab :
ü      Diabetes insipidus
ü      Interupsi dorongan rasa haus yang dikontrol secara neurologis
ü      Ketoasidosis diabetik
ü      Pemberian cairan hipertonik
ü      Diuresis hipertonik
§         Hasil pemeriksaan laboratorium è natrium serum meningkat >145 mEq/L dan osmolalitas serum meningkat >295mOsm/kg.
Penyebab :
ü      Pemberian cairan hipertonik
ü      Diuresis osmotic
2)   Ketidakseimbangan hipoosmolar
§         Tanda dan gejala è pemeriksaan fisik : tingkat kesadaran menurun, konvulsi, koma.
Penyebab :     SIADH
§         Pemeriksaan laboratorium è kadar serum menurun <136mEq/L dan osmolalitas serum menurun <280 mOsm/kg
Penyebab : asupan air berlebihan

2.   Gangguan Elektrolit

Ketidakseimbangan elektrolit meliputi :

a.   Ketidakseimbangan Natrium

Nilai laboratorium normal untuk natrium serum adalah 135-145 mEq/L.
1)  Hiponatremia
Hiponatremia adalah suatu kondisi dimana nilai konsentrasi natrium di dalam darah lebih rendah dari normal yang dapat terjadi pada saat kehilangan total natrium atau kelebihan total air. Hiponatremia menyebabkan penurunan osmolalitas plasma dan cairan ekstrasel (Long et al, 1993).
Ketika trjadi kehilangan natrium, tubuh mula-mula beradaptasi dengan menurunkan ekskresi air untuk mempertahankan osmolalitas serum tetap berada dalam kadar yang mendekati normal. Apabila kehilangan natrium berlanjut, tubuh akan berupaya mempertahankan volume darah. Akibatnya, proporsi natrium di dalam cairan ekstrasel berkurang. Kehilangan natrium dapat menyebabkan kolaps pada pembuluh darah dan syok.
Hiponatremia berat pada kadar natrium serum 120 mEq/L dapat menyebabkan perubahan neurologist dan pada kadar natrium serum 110 mEq/L akan menyebabkan perubahan neurologist yang tidak dapat pulih kembali bahkan dapat menyebabkan kematian.
Penyebab beserta tanda dan gejala hiponatremia meliputi :
§         Penyebab è penyakit ginjal, insufisiensi adrenal, kehilangan melalui gastrointestinal, pengeluaran keringat meningkat, penggunaan diuretic (terutama yang disertai dengan diet rendah natrium), gangguan pompa natrium-kalium disertai oenurunan kalium sel dan natrium serum, asidosis metabolic
§         Tanda dan gejala è Pemeriksaan fisik : denyut nadi cepat namun lemah, hipotensi, pusing, ketakutan dan kecemasan, kram abdomen, mual dan muntah, diare, koma dan konvulsi, sidik jari meninggalkan bekas pada sternum setelah palpasi, koma, kulit lembab dan dingin, perubahan kepribadian.
Hasil pemeriksaan laboratorium : natrium serum <135 mEq/L, osmolalitas serum <280 mOsm/kg, dan berat jenis urine <1,010
Penanganan pada pasien dengan hiponatremia : terapi tergantung kepada manifestasi klinis dan kecepatan terjadinya hiponatremia, jika terlihat manifestasi serebral dan hiponatremia terjadi dengan cepat maka diberikan terapi NaCl-3% 50-70           m mol/jam, untuk meningkatkan kadar Natrium 3 m mol/jam sampai target 130 m mol. Setelah mencapai kadar 130 m mol diberikan koreksi lambat untuk mencegah demielinsasi.

2)  Hipernatremia
Hipernatremia adalah kondisi dimana nilai konsentrasi natrium lebih tinggi dari konsentrasi normal di dalam cairan ekstrasel, yang dapat disebabkan oleh kehilangan cairan yang ekstrim atau kelebihan natrium total. Apabila penyebab hipernatremia adalah peningkatan sekresi aldosteron , maka natrium dipertahankan dan kalium diekskresi. Ketika terjadi hipernatriema, tubuh berupaya mempertahankan air sebanyak mungkin melalui rebsorpsi air di ginjal. Tekanan osmotic interstisial meningkat dan cairan berpindah dari sel ke dalam cairan ekstrasel sehingga menyebabkan sel-sel menyusut dan menggangu sebagian besar proses fisiologis seluler.
Penyebab serta tanda dan gejala hipernatriema :
§         Penyebab è mengkonsumsi sejumlah besar larutan garam pekat, pamberian larutan salin hipertonik lewat IV secara iatrogenic, sekresi aldosteron yang berlebihan
§         Tanda dan gejala è Pemeriksaan fisik : demam tingkat rendah, lidah dan membrane mukosa kering, agitasi, konvulsi, gelisah, oliguria atau anuria, rasa haus, kulit kering dan kemerahan
 Hasil pemeriksaan laboratorium : natrium serum >1,5 mEq/L, osmolalitas serum >295 mOsm/kg, dan berat jenis urine >1,030 (jika kehilangan air bukan disebabkan oleh disfungsi ginjal)
Penanganan hipernatremia adalah dengan pemberian cairan sampai defisit cairan tergantikan. Cairan yang diberikan adalah dextrose-5% atau NaCl-0,45%, tidak diberikan H2O karena dapat menyebabkan hemolisis.

b.   Ketidakseimbangan Kalium

Nilai laboratorium normal untuk kalium adalah 3,5-5,0 mEq/L.
1)   Hipokalema
Kipokalemia merupakan suatu kondisi ketika jumlah kalium yang bersirkilasi di dalam cairan ekstrasel tidak adekuat. Apabila parah, hipokalemia dapat mempengaruhi kondisi jantung dengan menyebabkan ketidakteraturan yang berbahaya bagi jantung. Karena rentang normal kalium terlalu pendek, maka toleransi terhadap terjadinya fruktuasi dalam kadar kalium serum juga kecil. Pnyebab yang paling umum adalah penggunaan diuretik yang membuang kalium.
Penyebab serta tanda dan gejala hipokalemia :
§         Penyebab è penggunaan diuritik yang dapat membuang kalium, diare, muntah atau kehilangan cairan lain melalui saluran gastrointestinal, alkalosis, sindrom Chusingatu tumor yang dapat memproduksi hormone adrenal, poliuria, pengeluaran keringat yang berlebihan, penggunaan cairan IV bebas kalium secara berlebihan
§         Tanda dan gejala è Pemeriksaan fisik : denyut nadi lemah dan tidak teratur, permafasan dangkal, hipotensi, kelemahan, bising usus menurun, keletihan, tonus otot menurun, distensi usus
Hasil pemeriksaan laboratorium : kalium serum <3 mEq/L menyebabkan depresi gelombang ST, gelombang T datar, gelombang U lebih tinggi pada pemeriksaan EKG, kadar kalium serum 2 mEq/L menyebabkan komleks QRS melebar, depresi ST, inverse gelombang T (Raimer, 1994)
Penanganan pasien dengan hipokalemia adalah dengan terapi dengan KCl oral maupun melalui intra-vena, pemberian KCl intra-vena tidak melebihi 40 m mol/L.
2)  Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan kondisi lebih besarnya jumlah kalium daripada nilai normal kalium di dalam darah. Penyebab utama hiperkalemia adalah gagal ginjal, adanya penurunan fungsi ginjal akan mengurangi jumlah ekskresi kalium oleh ginjal (Weldy, 1992).
Penyebab serta tanda dan gejala kiperkalemia :
§         Penyebab è Gagal ginjal, dehidrasi hipertonik, kerusakan seluler yang parah seperti akibat luka bakar dan trauma, pemberian kalium melalui IV dalam jumlah besar secara latrogenik, insufisiensi adrenal, asidosis, infuse darah yang berlangsung cepat, penggunaan diuretic yang mempertahankan kalium
§         Tanda dan gejala è Pemeriksaan fisik : denyut nadi tidak teratir dan lambat, hipotensi, kesemasan/ansietas, iritabilitas, parestesia, kelemahan
Hasil pemeriksaan laboratorium : kalium serum >5,3 mEq/L
Penanganan Hiperkalemi Terapy meliputi penyebab dan hemodialisis. Managemen hiperkalemia yang mengancam jiwa antara lain :
Ø      IV : dextrose 50 gr dengan 20 unit insulin
Ø      IV : kalsium klorida 10% 5-10 ml
Ø      IV : sodium bikarbonat 50-100 ml

c.   Ketidakseimbangan Kalsium

Nilai laboratorium normal untuk kalsium serum adalah 4-5 mEqlL.
1)   Hipokalsemia
Hipokalsemia mencerminkan penurunan kadar kalsium dalam serum dan penurunan kalsium yang terionisasi serta dapat menyebabkan beberapa penyakit, beberapa diantaranya dapat mempengaruhi kelenjar tyroid dan paratiroid. Tanda dan gejala hipokalsemia berhibungan secara langsung dengan peran fisiologis kalsium serum pada fungsi neuromuskuler.
Penyebab serta tanda dan gejala hipokalsemia :
§         Penyebab è pemberian darah yang mengandung sitrat dengan cepat, hipoalbuminemia, hipoparatiroidisme, devisiensi vitamin D, penyakit-penyakit neoplastik, pankrealitis
§         Tanda dan gejala è Hasil pemeriksaan fisik : kesemutan pada daerah jari-jari dan daerah sekeliling mulut, refleksi hiperaktif, kram otot, fraktur patologi disertai hipokalsemia kronik
Temuan laboratorium : kalsium serum <4,3 mEq/L dan perubahan EKG
2)  Hiperkalsemia
Hiperkalsemia adalah peningkatan konsentrasi total kalsium dalam serum dan peningkatan kalsium yang terionisasi. Seringkali hiperkalsemia merupakan suatu gejala dari penyakit pokok yang menyebabkan resorpsi tulang berlebihan disertai pelepasan kalsium.
Penyebab serta tanda dan gejala hiperkalsemia :
§         Penyebab è Hiperparatiroidisme, metastase tumor tulang, penyakit Pagel, osteoporosis, imibilisasi yang lama
§         Tanda dan gejala è Hasil pemeriksaan fisik : penurunan tonus otot, anoreksia, mual dan muntah, kelemahan, latergi, nyeri pada punggung bagian bawah akibat batu ginjal, penurunan level kesadaran, henti jantung
Hasil pemeriksaan laboratorium : kalsium serum >5 mEq/L, sinar X menunjukkan adanya osteoporosis yang menyeluruh, kavitasi tulang yang menyebar, batu saluran kemih radioopak (terlihat warna putih pada rongen), peningkatan keratin >1.5 mg/100ml karena kekurangan cairan atau kerusakan renal akibat urolitiasis

d.   Ketidakseimbangan Magnesium

Nilai laboratorium normal untuk magnesium serum adalah 1,5-2,5 mEq/L.
1)   Hipomagnesemia
Hipomagnesemia terjadi ketika kadar konsentrasi serum turun sampai di bawah 1,5 mEq/L. Magnesium bekerja secaralangsung pada sambungan neuromuskuler. Penurunan konsentrasi magnesium serum meningkatkan iritabilitas neuromouskuler.
Penyebab serta tanda dan gejala hipomagnesemia :
§         Penyebab è Asupan yang tidak adekuat (malnutrisi dan alkoholisme), absorpsi yang tidak adekuat (diare, muntah, drainase nasogastrik, fistula, diet kalsium yang berlebihan, penyakit usus kecil), hipoparatiroidisme, kehilangan magnesium yang berlebihan akibat penggunaan diuretic tiazid, kelebihan aldosteron, poliuria
§         Tanda dan gejala è hasil pemeriksaan fisik : tremor otot, refleks tendon dalam yang hiparaktif, kebingungan, disorientasi, takikardi
Hasil pemeriksaan laboratorium è magnesium serum >1,5 mEq/L
2)   Hipermagnesemia
Hipermagnesemia terjadi ketika konsentrasi magnesium serum meningkat sampai di atas 2,5 mEq/L. Hpermagnesemia dapat menurunkan eksitabilitas sel-sel otonom.
Penyebab serta tanda dan gejala hipermagnesiema :
§         Penyebab è Gagal ginjal, pemberian magnesium parenteral yang berlebihan
§         Tanda dan gejala è Hasil pemeriksaan fisik : refleks tendon dalam hipoaktif, pernafasan dan frekuensi denyut jantung dangkal dan lambat, hipotensi, kemerahan
Pemeriksaan laboratorium : magnesium serum >2,5mEq/L

e.   Ketidakseimbangan Klorida

Nilai laboratorium normal untuk klorida serum adalah 100-106 mEq/L.
1)   Hpokloremia
Hipokkloremia terjadi jika kadar klorida serum turun sampai di bawah 100mEq/L. muntah atau drainase nasogastrik atau drainase fistula yang berlebihan dan lama dapat menyebabkan hipokloremia. Bayi baru lahir yang mengalami diare dapat terjadi kipokloremia dengan cepat. Beberapa obat-obatan diuretic juga dapat menyebabkan peningkatan ekskresi klorida. Ketika kadar klorida serum menurun, tubuh beradaptasi dengan meningkatkan reabsorpsi ion bikarbonat sehingga mempengaruhi keseimbangan asam-basa.
2)   Hperkloremia
Hiperkloremia terjadi jika kadar klorida serum meningkat sampai di atas 106 mEq/L, menyebabkan penurunan nilai bikarbonat serum. Hipokloremia dan hiperkloremia jarang terjadi sebagai akibat dari proses penyakit yang tunggal, tetapi umumnya berhubungan dengan ketidakseimbangan asam-basa. Tidak ada satu rangkaian gejala yang berhubungan dengan  perubahan ini.

H.  Asuhan Kepereawatan

1.   Aktifitas Pengkajian

a.       Timbang berat badan pasien setiap hari
b.      Observasi volume haluaran urine yang berhubungan dengan asupan dan berat jenis
c.       Pelpasi turgor kulit
d.      Tanyakan jika klien merasa haus atau lemah
e.       Inspeksi membrane mukosa untuk melihat derajat kelembabannya
f.        Observasi adanya kehilangan cairan yang tidak normal
g.       Observasi orientasi klien terhadap orang lain, tempat, dan waktu
h.       Observasi frekueasi dan perilaku yang dilakukan dengan sengaja
i.         Pantau PaCO2
j.        Obserfasi jumlah dan karakter sputum

2.   Diagnosa Keperawatan

a.       Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan gastrointestinal melalui muntah.
b.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler-alveolar akibat banyaknya sekresi paru nerwarna krem yang kental.

3.   Intervensi Keperawatan

a.       Dorong dan ukur dengan jumlah kecil asupan cairan yang mengandung elektrolit.
b.      Anjurkan klien tidak meminum air murni.
c.       Beri antiemitik parenteral per program dokter.
d.      Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan stimulasi yang dapat merangsang muntah (misalkan : minimalkan aroma tak sedap).
e.       Perbanyak tirah baring.
f.        Ukur jumlah muntah.
g.       Ukur jumlah haluan cairan dan banyaknya diuresis.
h.       Implementasikan program yang telah ditetapkan oleh dokter untuk memberikan cairan parenteral yang mengandung elektrilit jika klien muntah dalam jangka waktu lama.
i.         Ukur asupan cairan.




















BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan

§         Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut.
§         Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-pertikel yang bermuatan listrik yang disebut dengan ion jika berada dalam larutan.
§         Komponen cairan tubuh terdiri dari air dan zat terlarut.
§         Kompartemen cairan tubuh terdiri dari cairan intra seluler (CIS) dan cairan ekstraseluler (CES).
§         Gangguan keseimbangan cairan yaitu ketidak seimbangan isotonik, sindrom ruang ketiga, ketidakseimbangan osmolar.
§         Gangguan elektrolit yaitu ketidakseimbangan natrium, kalium, kalsium, magnesium, dan klorida.

B.  Saran
Pasien yuang mengalami gangguan cairan dan elektrolit sebaiknya segera ditangani karena sebagian besar dalam tubuh manusia terdiri dari cairan dan elektrolit dan apabila tidak segera ditangani akan menyebabkan kematian


DAFTAR PUSTAKA

Horne, Mima M . 2001 . Keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa . Jakarta : EGC

Guyton, Arthur C . 1987 . Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit . Jakarta : EGC

Potter, P.A & Perry. A.G . 2005 . Buku ajar fundamental keperawatan, konsep, proses dan praktek, volume 2 . Jakarta : EGC

Price, Sylvia A . 2006 . Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit . Jakarta : EGC

Rahmah, Azizatur . 2008 . Pentingnya air bagi kehidupan . diambil dalam http://siar.endonesa.net/blog/pentingnya-air-bagi-kehidupan.htm, diakses pada tanggal 17 November 2008

Stevens, P.J.M, dkk . 1999 . Ilmu keperawatan, jilid I, edisi 2 . Jakarta : EGC


Watson, Roger . 2002 . Anatomi dan fisiologi untuk perawat . Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar