Selasa, 23 Agustus 2011

DISLOKASI


ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN
 PADA PASIEN DENGAN DISLOKASI


 








OLEH :
ENGGA ADITYA NUGRAHA



PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEPERAWATAN KLINIK
POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
TAHUN 2010


BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Sistem muskoloskeletal meliputi tulang persendian, otot, tendon dan bursa. Masalah yang berhubungan dengan struktur ini sangat sering terjadi dan mengenai semua kelompok usia. Masalah sistem muskuloskeletal biasannya tidak mengancam jiwa, namun mempunyai dampak yang bermakna terhadap aktifitas dan produktifitas penderita. Masalah tersebut dapat dijumpai di segala bidang praktek keperawatan, serta dalam pengalaman hidup sehari-hari.
Penanganan cidera sistem muskuloskeletal meliputi pemberian dukungan pada bagian yang cidera sampai penyembuhan selesai. Dukungan dapat diperoleh secara eksterna dengan pemberian balutan, plester, bidai atau gip. Perhatian keperawatan ditujukan kepada pemberian kenyamanan, mengevaluasi status neurovaskuler dan melindungi sendi selama penyembuhan. Selain itu usaha penanganan di fokuskan pada pencegahan fibrosis, kekakuan pada stuktur tulang dan sendi yang cidera. Latihan yang baik dapat melindungi terjadinya kecacatan tersebut. Pada beberapa keadaan dukungan yang diberikan memungkinkan aktifitas awal. Proses penyembuhan dan pengembalian fungsi dapat dipercepat dengan berbagai bentuk terapi fisik.
  1. Tujuan
1.       Memahami definisi dislokasi dan penatalaksanaan kedaruratan pada dislokasi.
2.       Mampu melakukan pengkajian atau pemeriksaan fisik pada pasien dislokasi
3.       Mampu mengidentifikasikan dan melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan dislokasi







BAB II
TINJAUAN TEORI

  1. Definisi
Dislokasi adalah keluarnya bongkol sendi dari mangkok sendi. Menurut Brunner & Suddarth (2002), dislokasi adalah suatu keadaan dimana permukaan sendi tulang yang membentuk sendi tak lagi dalam hubungan anatomis.
Keluarnya atau bercerainya kepala sendi dari magkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segara. (Arif mansyur,dkk, 2000).
  1. Klasifikasi
Klasifikasi dislokasi menurut penyebab dikelompokkan menjadi :
1.      Dislokasi kongenital,
yaitu dislokasi yang terjadi sejak lahir,akibat kesalahan pertumbuhan, paling sering terjadi pada sendi pinggul.
2.      Dislokasi spontan atau patologik
Yaitu dislokasi akibat penyakit struktur sendi dan jaringan sekitar sendi.
3.      Dislokasi traumatik
Yaitu dislokasi akibat cidera dimana sendi mengalami kerusakan akibat kekerasan atau trauma.
  1. Manifestasi Klinik
1.      nyeri
2.      Perubahan kontur sendi
3.      perubahan panjang ekstremitas
4.      kehilangan mobilitas normal
5.      perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
  1. Tanda-tanda Dislokasi
1.       Dislokasi sendi rahang
Terjadi karena menguap atau tertawa terlalu lebar, terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka.
Penatalakasanaan :
• Rahang ditekan kebawah dengan mempergunakan ibu jari yang sudah    dilindungi balutan
• Ibu jari tersebut diletakkan pada geraham paling belakang
• Tekanan tersebut harus mantap tetapi pelan-pelan bersamaan dengan penekanan jari-jari yang lain mengangkat dagu penderita keatas
• Tindakan dikatakan berhasil bila rahang tersebut menutup dengan cepat dan keras
• Untuk beberapa saat penderita tidak boleh membuka mulut lebar
2.       Dislokasi sendi bahu
Tanda-tanda korban yang mengalami Dislokasi sendi bahu yaitu:
• Sendi bahu tidak dapat digerakakkan
• Korban mengendong tangan yang sakit dengan yang lain
• Korban tidak bisa memegang bahu yang berlawanan
• Kontur bahu hilang, bongkol sendi tidak teraba pada tempatnya
3.       Dislokasi sendi panggul
Tanda-tanda klinis terjadinya dislokasi panggul:
• Kaki pendek dibandingkan dengan kaki yang tidak mengalami dislokasi
• Kaput femur dapat diraba pada tanggul
• Setiap usaha menggerakkan pinggul akan mendatangkan rasa nyeri
  1. Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan rontgen didapatkan adanya perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi dan memperlihatkan kemungkinan adanya fraktur yang terjadi.
  1. Penatalaksanaan
Jika mendapatkan pasien dislokasi, sendi yang mengalami harus diimobilisasi saat pasien dipindahkan.
1.      Dislokasi reduksi, kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi di kembalikan ketempat semula ( biasanya dibawah anestesi)
2.      Setelah dalam posisi normal, kemudian diimobilisasi dengan balutan, bidai, gips atau traksi dan dijaga tetap dalam posisi stabil.
3.      Perhatikan kenyamanan pasien dan evaluasi status neurovaskuler dan hemodinamik bagian distal
4.      Setelah beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan gerakan aktif lembut 3-4 kali sehari agar dapat mengembalikan kisaran gerak sendi.

  1. Patway


GANGG. PERFUSI JARINGAN
 
KEKAKUAN
 
CEMAS
 
 




                                              



















  1. Asuhan Keperawatan
1.       Fokus Pengkajian
a.Primary Survey
Airway                      :  Lihat jalan nafas, adakah sumbatan, gargling, snoring      
Breathing      :  Kaji   pernafasan, adakah penggunaan otot bantu nafas,  
                            apakah      ventilasi pasien normal
Circulalation  : Kaji  tekanan darah, nadi
Disability       : Kaji tingkat kesadaran.
b. Secundary Survay
1.      Identitas dan keluhan utama
2.      Riwayat perawatan dahulu
3.      Riwayat perawatan sekarang
4.      Riwayat masa pertumbuhan
5.      Pemeriksaan fisik terutama masalah persendian : nyeri deformitas, fungsiolesa
I.        Diagnosa Keperawatan
1.      Nyeri berhubungan dengan dikontinuitas jaringan
2.      Potensial gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan terjepitnya pembuluh darah.
3.      Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat mobilisasi
4.      Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit.
J.       Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 jam diharapkan
               nyeri berkurang.
Kriteria Hasil :
a.       Nyeri berkurang/terkontrol (skala nyeri 1-3)
b.      Pasien tidak gelisah
c.       Tanda-tanda vital normal
Intervensi :
1)      Kaji tanda vital klien.
2)      Catat karakteristik nyeri (lokasi,intensitas, frekuensi dan penyebaran nyeri)
3)      Imobilisasi sendi
4)      Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.
5)      Kolaborasi pemberian analgesik .
2. Potensial gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan terjepitnya pembuluh darah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi gangguan perfusi jaringan
Kriteria hasil:
a.       Teraba nadi bagian distal yang cidera
b.      Ekstremitas yang cidera hangat
Intervensi:
1)      Kaji perfusi jaringan yang cidera
2)      Pantau adanya tanda-tanda sinrom kompartemen.
  1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat mobilisasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu mobilitas
Intervensi :
1)      Kaji tingkat mobilitas pasien
2)      Berikan latihan ROM.
3)      Anjurkan penggunaan alat bantu jika diperlukan.
  1. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan pasien tahu tentang penyakitnya.
Intervensi :
1)      Bantu pasien untuk mengungkapkan rasa cemas dan takutnya
2)      Kaji pengetahuan pasien tentang prosedur yang akan dijalani
3)      Beikan informasi yang benar tentang prosedur yang akan dijalani.








BAB III
KESIMPULAN

Dislokasi adalah keluarnya bongkol sendi dari mangkok sendi. Dislokasi menimbulkan rasa nyeri yang sangat. Dislokasi sendi umumnya tidak mengancam jiwa, tetapi memerlukan tindakan emergensi karena apabila tidak dilakukan tindakan secepatnya akan menimbulkan gangguan pada bagian distal sehingga mungkin terpaksa dilakukan Amputasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar